M E M O R Y
By : Herman Trisna
Ingatkah engkau akan jalan itu?
Jalan dimana kita pernah melangkah bersama.
Diantara semak dan rumput yang tak bertuan.
Dengan langkah tak berujung.
Derap langkap ini menghentak dengan hati yang ceria.
Waktu itu hujan turun dengan riang.
Tiada sedih tertuang dalam rintik hujan itu.
Dihiasi pelangi jingga di atas awan. Memberi keindahan seisi kolong dunia.
Titik hujan itu turun dengan senyuman manja, menghias bibir indah awan yang berserak cerah.
Ya, itulah derap langkahku menuju keindahan dunia.
Dimana kita pernah merajut cerita bersama bersama Dia.
“Ya, Dia”
Gadis catik asal Kawadungan Lor! pemberi semangat setiap langkah hidupku.
Langkah dimana akan kita susuri bersama, gelap terang siap kita lewati bersama.
Diantara jalan yang akan kita lewati, kita pastikan terang didepannya.
Teruntukmu wahai dikau penyemangat hidup ini
Yang tak lekang oleh jaman
Yang tak luntur diterpa angina
Tak jarang hati ini gundah
Saat dirumu jauh dari langkahku
Langkah dimana kita bergandeng tangan
Menuju perjuangan
Berawal dari kehadiranmu di istana hatiku,
tak tau siapa kamu, siapa dirimu, siapa sliramu.
Serasa hadir kesejukan di antara hati ini.
Dengan balutan pink dan putih terpancar cahaya dan senyuman menggugah sanubari.
Rasa yang telah lama mati suri, terbagun di antara cahaya dop merah remang di ruang 3 x 6 itu.
Candamu membuat hati ini bahagia,
walaupun senyum tipis itu baru sesaat aku merasakan ketenangan jiwa.
Canda tawa itu membuatku terlarut dalam suasana bahagia, entah mengapa???
Sebuah rayuan buah manga sempat mendarat di dirinya.
Warna merah segar, kusuguhkan untuk menggoda mu, menggoda hatimu.
Satu sayatan kepada mangga mungkin menjadi canda, bias menjadi cerita.
Kupasan manga itu menjadi bahan tawa dan Tanya.
Mencairkan suasana dimana ruangan itu begitu tegang.
Tapi, kita tidak sendiri. Ada orang ke 3 dirungan itu.
Itu sahabatmu, yang mengantarkanmu pada hati yang telah lama terkoyak.
Biarlah orang ke 3 di situ, walaupun Aku belum mengenalmu terlalu jauh,
tapi hati ini sudah begitu dekat,
Lantunan lagu rindu pun ikut mewarnai suasana malam itu,
malam yang begitu terang, setarang hatiku.
Malam terang ????
Ya, tidak setiap malam itu adalah gelap.
Gelap itu tergantung suasana hati,
kalau hati kita gelap di waktu terang,
pastimya gelap akan menyelimuti hudup kita.
Beda dengan hatiku saat itu, hatiku begitu terang olehmu.
Kita lupakan orang ke 3..........
Dimana hati ini tidak bersandar padanya,
tidak menaruh harapan untuknya.
Tapi Dia berbeda !!!
Berbeda dari segala yang ada!
Kau itu berbeda
Beda.
Komputerku,
Kau menjadi saksi hari ini
Dimana dia hadir dirung ini
Komputerku telah merekamnya
Dalam flopy disk
Yang saat itu tersemat di dirimu
Dalam pisau itu
Membekas sidik jarimu
Yang akan ku paksa
Untuk menjadinyata di rumahku
Begitulah gundah gulana bercampur bahagia malam itu,
malam serumpun kerinduan dan seribu pengertian terjawab isi hati.
Tertuang lagu jingga dalam memory putih yang tergores di hati.
Satu kata tak cukup untuk memujamu,
memuja senyummu yang menggetarkan seluruh jiwa.
Tak tertuang dalam hati rasa ini sebeliumnya,
tak kurangka dalam jiwa, kau tak tau asalnya.
Semua karena orang ke 3.
Tanpa dia, cerita syahdu malam itu tak pernah tertuang dalam dunia ini.
Semua itu belum berakhir
Madiun, 27 Oktober 2020
Pukul 11.07 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar