Rabu, 28 Oktober 2020

TEKS EKSPLANASI BAG. 3

 STRUKTUR TEKS EKSPLANASI 


KEGIATAN 1

PERHATIKAN VIDEO MATERI PEMBELAJARAN BERIKUT 



KEGIATAN 2 

KERJAKAN LATIHAN SOAL BERIKUT !

https://forms.gle/QKgostm6dsZuQybw8

 

 LITERASI

https://id.wikipedia.org/wiki/Bencana_alam 

Senin, 26 Oktober 2020

PERTEMUAN KITA 1

 

M E M O R Y

By : Herman Trisna 


 

Ingatkah engkau akan jalan itu? 

Jalan dimana kita pernah melangkah bersama. 

Diantara semak dan rumput yang tak bertuan. 

Dengan langkah tak berujung. 

Derap langkap ini menghentak dengan hati yang ceria.

 Waktu itu hujan turun dengan riang. 

Tiada sedih tertuang dalam rintik hujan itu. 

Dihiasi pelangi jingga di atas awan. Memberi keindahan seisi kolong dunia. 

Titik hujan itu turun dengan senyuman manja, menghias bibir indah awan yang berserak cerah. 

Ya, itulah derap langkahku menuju keindahan dunia. 

Dimana kita pernah merajut cerita bersama bersama Dia.

“Ya, Dia”

Gadis catik asal Kawadungan Lor! pemberi semangat setiap langkah hidupku. 

Langkah dimana akan kita susuri bersama, gelap terang siap kita lewati bersama. 

Diantara jalan yang akan kita lewati, kita pastikan terang didepannya.

Teruntukmu wahai dikau penyemangat hidup ini

Yang tak lekang oleh jaman

Yang tak luntur diterpa angina

Tak jarang hati ini gundah

Saat dirumu jauh dari langkahku

Langkah dimana kita bergandeng tangan

Menuju perjuangan

Berawal dari kehadiranmu di istana hatiku, 

tak tau siapa kamu, siapa dirimu, siapa sliramu. 

Serasa hadir kesejukan di antara hati ini. 

Dengan balutan pink dan putih terpancar cahaya dan senyuman menggugah sanubari. 

Rasa yang telah lama mati suri, terbagun di antara cahaya dop merah remang  di ruang 3 x 6 itu.

Candamu membuat hati ini bahagia, 

walaupun senyum tipis itu baru sesaat aku merasakan ketenangan jiwa. 

Canda tawa itu membuatku terlarut dalam suasana bahagia, entah mengapa??? 

Sebuah rayuan buah manga sempat mendarat di dirinya. 

Warna merah segar, kusuguhkan untuk menggoda mu, menggoda hatimu. 

Satu sayatan kepada mangga mungkin menjadi canda, bias menjadi cerita. 

Kupasan manga itu menjadi bahan tawa dan Tanya. 

Mencairkan suasana dimana ruangan itu begitu tegang.

Tapi, kita tidak sendiri. Ada orang ke 3 dirungan itu. 

Itu sahabatmu, yang mengantarkanmu pada hati yang telah lama terkoyak. 

Biarlah orang ke 3 di situ, walaupun Aku belum mengenalmu terlalu jauh, 

tapi hati ini sudah begitu dekat,

Lantunan lagu rindu pun ikut mewarnai suasana malam itu, 

malam yang begitu terang, setarang hatiku. 

Malam terang ???? 

Ya, tidak setiap malam itu adalah gelap. 

Gelap itu tergantung suasana hati, 

kalau hati kita gelap di waktu terang, 

pastimya gelap akan menyelimuti hudup kita. 

Beda dengan hatiku saat itu, hatiku begitu terang olehmu.

Kita lupakan orang ke 3..........

Dimana hati ini tidak bersandar padanya, 

tidak menaruh harapan untuknya.

 Tapi Dia berbeda !!!

Berbeda dari segala yang ada!

Kau itu berbeda

Beda.

Komputerku,

Kau menjadi saksi hari ini

Dimana dia hadir dirung ini

Komputerku telah merekamnya

Dalam flopy disk

Yang saat itu tersemat di dirimu

Dalam pisau itu

Membekas sidik jarimu

Yang akan ku paksa

Untuk menjadinyata di rumahku

 

Begitulah gundah gulana bercampur bahagia malam itu, 

malam serumpun kerinduan dan seribu pengertian terjawab isi hati. 

Tertuang lagu jingga dalam memory putih yang tergores di hati. 

Satu kata tak cukup untuk memujamu, 

memuja senyummu yang menggetarkan seluruh jiwa. 

Tak tertuang dalam hati rasa ini sebeliumnya, 

tak kurangka dalam jiwa, kau tak tau asalnya. 

Semua karena orang ke 3. 

Tanpa dia, cerita syahdu malam itu tak pernah tertuang dalam dunia ini.

Semua itu belum berakhir

 

Madiun, 27 Oktober 2020

Pukul 11.07 WIB

Jumat, 23 Oktober 2020

TEKS EKSPLANASI BAGIAN 2

 INFORMASI DAN IKHTISAR ISI TEKS EKSPLANASI 

 


KEGIATAN 1

Perhatikan Video berikut dengan seksama!


 

KEGIATAN 2

Setelah memperhatikan materi di atas, kerjakan latihan soal melalui link berikut!

 https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLScfyuoY62tXKyiX-T-mE87ZA0bjq6DyTjiHoQcyFsNEG7SwqQ/viewform?usp=sf_link

TEKS PROSEDUR BAGIAN 3

 KEBAHASAAN DALAM TEKS PROSEDUR 


Ciri kebahasaan teks prosedur sebagai berikut:

1.        Menggunakan penomoran yang menunjukkan Urutan atau tahapan.

Teks prosedur menggunakan penomoran untuk menjelaskan berbagai bahan yang digunakan dalam petunjuk membuat sesuatu. Teks prosedur juga menggunakan penomoran untuk menjelaskan langkah kegiatan membuat atau melakukan sesuatu. Tujuan penomoran dalam teks prosedur adalah memudahkan pembaca atau pendengar melakukan atau membuat sesuatu agar dilakukan secara runtut

2.        Menggunakan kata yang menunjukkan perintah atau imperatif.

Kalimat imperatif adalah Kalimat yang berfungsi untuk memerintah orang lain. Kalimat imperatif memiliki ciri sebagai berikut:

a.       secara lisan kalimat imperatif diakhiri dengan intonasi turun.

b.      Secara tulisan kalimat imperatif sering diakhiri dengan tanda seru (!).

c.       Penggunaan partikel -lah.

d.      Menggunakan inversi.

e.       Pelaku tindakan kadang-kadang tidak diketahui.

3.        Menggunakan kata ganti orang kedua

Karena sebagian besar teks prosedur menggunakan kalimat imperatif, partisipan/ pembaca atau pendengar dari kalimat-kalimat tersebut adalah orang kedua. Penulis menempatkan pembaca atau pendengar sebagai partisipan teks prosedur. Pembaca atau pendengar berperan sebagai agen dari tindakan yang dikemas dalam kalimat-kalimat imperatif.

4.        Penggunaan konjungsi yang menunjukkan urutan.

Contoh: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, Seraya, selang, selama, sambil, demi, sesudah, setelah, sebelum, sehabis, selesai, seusai, hingga, dan sampai.

5.        Menggunakan kata keterangan.

Keterangan adalah fungsi kalimat yang mudah berpindah posisi. Keterangan berfungsi memberi informasi tambahan dalam suatu kalimat. Dalam teks tertentu, keberadaan keterangan kalimat sangat penting. Ciri-ciri keterangan sebagai berikut:

a.       keterangan bukan unsur utama kalimat.

b.      Keterangan dapat terletak di bagian awal, Tengah, dan akhir kalimat, kecuali antara predikat dan objek.

c.       Jenis keterangan meliputi keterangan tempat, waktu, alat, tujuan, cara, penyerta, perbandingan, dan sebab.

 

 

CONTOH SOAL : 

 

TEMUKAN CIRI KEBAHASAAN YANG TERDAPAT PADA TEKS PROSEDUR BERIKUT  !


MEMBUAT BATIK JUMPUTAN


 

JAWABAN :





SETELAH MEMBACA MATERI DAN CONTOH SOAL DI ATAS, KERJAKAN LATIHAN SOAL PADA LINK DI BAWAH INI!


https://forms.gle/wfrtDGdVhvxpnGdBA
 


VIDEO INI BISA KALIAN PRAKTIKKAN DI RUMAH 



Minggu, 18 Oktober 2020

TEKS EKSPLANASI BAGIAN 1

 DEFINISI DAN CIRI TEKS EKSPLANASI



KEGIATAN 1

AMATILAH VIDEO BERIKUT DENGAN SEKSAMA 


KEGIATAN 2

RINGKASAN MATERI TEKS EKSPLANASI 


Teks eksplanasi adalah teks yang bertujuan menjelaskan proses terjadinya suatu peristiwa baik alam, sosial, maupun budaya. 

Teks eksplanasi memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 

1.    Menggunakan istilah teknis

Istilah teknis adalah istilah yang berkaitan dengan bidang ilmu tertentu. Misalkan sebuah    teks eksplanasi yang menjelaskan fenomena alam akan mengunakan istilah teknis di  bidang ilmu alam.

 

2.    Menggunakan kalimat aktif dan pasif

Kalimat aktif adalah kalimat yang subjeknya melakukan pekerjaan. Contoh : Sandra        menyapu lantai. Dalam kalimat tersebut Sandra melakukan pekerjaan menyapu lantai.    Sebaliknya kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai pekerjaan. Contoh :           Lantai disapu oleh Sandra. Dalam kalimat tersebut, lantai dikenai pekerjaan disapu oleh    Sandra. 

 

3.    Menggunakan kalimat tanya (interogatif) dan kalimat berita (deklaratif)

Kalimat tanya adalah kalimat yang mengandung makna pertanyaan. Sementara itu, kalimat berita adalah kalimat yang mengandung pernyataan tertentu. Kalimat tanya   diakhiri tanda tanya, kalimat berita diakhiri tanda titik. 

 

4.    Menjawab pertanyaan bagaimana

Kata tanya bagaimana membutuhkan membutuhkan jawaban berupa proses sesuatu  terjadi. Teks eksplanasi ditulis untuk menjelaskan suatu fenomena atau peristiwa. Oleh    karena itu, penulis teks eksplanasi harus menguasai bidang yang ditulisnya, 

 

5.    Menjawab pertanyaan mengapa

Kata tanya mengapa membutuhkan jawaban berupa penjelasan sebab akibat. Teks        eksplanasi tidfak hanya menjelaskan proses, tetapi juga menjelaskan hubungan sebab        akibat. 

6.    Berdasarkan hasil penelitian ilmiah

Penelitian dapat dilakukan oleh penulis ataupun orang lain. Jika penelitian dilakukan oleh orang lain, penulis cukup mengutip hasil penelitian tersebut dalam teks. 

 



Minggu, 11 Oktober 2020

TEKS PROSEDUR BAGIAN 2

MENENTUKAN INFORMASI PENTING DAN MENYIMPULKAN TEKS PROSEDUR



Simak video berikut dengan seksama


 




CONTOH TEKS PROSEDUR

Membuat Layang-layang

Layang-layang merupakan salah satu mainan anak-anak yang masih kerap dimainkan hingga saat ini. Cara membuat layang-layang cukup mudah serta bisa dibuat dengan alat dan bahan yang sederhana.

Bahan yang dibutuhkan antara lain bambu tipis, kertas minyak, lem kertas, benang, pisau, dan gunting.

Cara membuatnya adalah sebagai berikut.

1. Buatlah kerangka layangan dengan dua buah bambu yang sudah disiapkan.

2. Letakkan bambu dengan menyilang dan seimbang antara panjang bagian kanan dan kirinya.

3. Ikat bambu tersebut menggunakan benang pada setiap bagian.

4. Guntinglah kertas minyak sesuai kerangka layang-layang dan tempelkan.

5. Hiaslah layang-layang sesuai yang kamu inginkan.


SETELAH KALIAN MELIHAT VIDEO DAN MEMBACA CONTOH TEKS PROSEDUR DI ATAS, MAKA KERJAKAN SOAL PADA LINK DIBAWAH INI !

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSc8Iat1--hXXy7-ugiUgzKVx6LdTIhRqPNo-wv5GZTOpuvSDQ/viewform?usp=sf_link

Sabtu, 10 Oktober 2020

MENCIPTA PUISI

 MENCIPTA PUISI DARI TEMA YANG TELAH DITENTUKAN 





Perhatikan video pembelajaran berikut : 


Setelah mengamati video di atas, kerjakan soal melalui link berikut : 

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSebjlEYRg1-DEhNA0Kb4_Qevq3YCLDICQRNSJ9DNY_OVMl50A/viewform?usp=sf_link


LITERASI :

Sejarah Perkembangan Puisi di Indonesia

Puisi adalah kasusteraan yang paling tua. Sejak dahulu, berpuisi adalah cara kuno dalam masyarakat, atau pada waktu tersebut di sebut mantra. Dalam masyarakat Jawa terdapat tradisi nembang Jawa, lirik puisi yang dilagukan. Biasanya, nembang didendangkan pada acara-acara sakral dan penting, seperti acara mitoni, siraman, dan pesta desa lainnya.  Selain lirik puisi yang ditembangkan, juga bisa menggunakan kisah cerita, seperti kisah Raden Panji, Dewi Nawang Wulan, Jaka Tingkir, dan lainnya.

Puisi tidak hanya dilagukan untuk mengisahkan cerita, namun, puisi juga dapat dijadikan dialog-dialog dalam pementasan ludruk, ketoprak, drama tradisional Jawa, atau orang Sumatra Barat menyebutnya Randai. Puisi tak hanya indah kata-katanya, melainkan juga isinya yang mengandung petuah, nasihat, dan pesan untuk pendengar.

Dalam perkembangan puisi di Indonesia, dikenal dengan berbagai jenis tipografi da model puisi yang menunjukkan perkembangan struktur puisi tersebut. Ciri struktur puisi dari jaman ke jaman tidak hanya ditandai dengan struktur fisik, tetapi juga oleh struktur makna atau tematiknya.

Berikut perkembangan puisi di Indonesia, mulai dari angkatan balai pustaka, hingga puisi jaman sekarang.

  1. Balai Pustaka

Pada angkatan ini, puisi masih berupa mantra, pantun, dan syair, yang merupakan puisi terikat.

–    Mantra, jenis puisi tertua yang terdapat di dalam kesusastraan daerah di seluruh Indonesia. Kumpulan pilihan kata-kata yang dianggap gaib dan digunakan manusia untuk memohon sesuatu dari Tuhan. sehingga mantra tidak hanya memiliki kekuatan kata melainkan juga kekuatan batin.

–    Pantun dan Syair, puisi lama yang struktur tematik atau struktur makna dikemukkan menurut aturan jenis pantun atau syair, dalam hal ini, pantun dan syair masih berupa puisi terikat.

  1. Pujangga Baru (1933-1945)

Jika pada angkatan balai pustaka penulisan puisi masih banyak dipengaruhi oleh puisi lama, maka pada angkatan Pujangga Baru diciptakan puisi baru, yang melepaskan ikatan-ikatan puisi lama. Sehingga munculnya jenis-jenis puisi baru, yaitu : distichon (2 baris), tersina (3 baris), quartrin (4 baris), quint (5 baris), sextet (6 baris), septima (7 baris), oktaf (8 baris), soneta (14 baris).

Dalam periode ini terdapat beberapa julukan untuk penyair Indonesia, seperti Amir Hamzah sebagai Raja Penyair Pujangga Baru, dan ia disebut oleh H.B. Jassin sebagai Penyair Dewa Irama. J.E. Tatengkeng disebut sebagai Penyair Api Naionalisme, dan sebagainya.

Para penyair yang dapat dikategorikan msuk dalam periode Pujangga Baru adalah :

–         Amir Hamzah, “Nyanyi Sunyi” / 1937 dan “Buah Rindu” /1941

–         Sutan Takdir Alisyahbana, “Tebaran Mega” / 1936

–         Armijn Pane, “Jiwa Berjiwa” / 1939, “Gamelan Jiwa” / 1960

–         Jan Engel Tatengkeng “Rindu Dendam” / 1934

–         Asmara Hadi, “Api Nasionalisme”

–         Dll.

  1. Angkatan 45 (1945-1953)

Jika pada periode sebelumnya melakukan pembaharuan terhadap bentuk puisi, pada periode ini dilakukan perubahan menyeluruh. Bentuk puisi soneta, tersina, dan sebagainya tidak dipergunakan lagi. Dasar angkatan 45 ini adalah adanya ‘Surat Keperecayaan Gelanggang’, yang berbunyi :

Kami adalah ahli waris yang sah dari kebudayaan dunia dan kebudayaan ini kami teruskan dengan cara kami sendiri. Kami lahir dari kalangan orang banyak dan pengertian rakyat bagi kami adalah kumpulan campur-baur dari mana dunia baru yang sehat dapat dilahirkan.

Keindonesiaan kami tidak semata-mata karena kulit kami yang sawo matang, rambut kami yang hitam atau tulang pelipis kami yang menjorok ke depan, tetapi lebih banyak oleh apa yang diutarakan oleh wujud pernyataan hati dan pikiran kami.

Kami tidak akan memberi kata ikatan untuk kebudayaan Indonesia, kami tidak ingat akan melap-lap hasil kebudayaan lama sampai berkilat dan untuk dibanggakan, tetapi kami memikirkan suatu penghidupan kebudayaan baru yang sehat. Kebudayaan Indonesia ditetapkan oleh kesatuan berbagai-bagai rangsang suara yang disebabkan oleh suara yang dilontarkan kembali dalam bentuk suara sendiri. Kami akan menentang segala usaha yang mempersempit dan menghalangi tidak betulnya pemeriksaan ukuran nilai.

Revolusi bagi kami ialah penempatan nilai-nilai baru atas nilai-nilai usang yang harus dihancurkan. Demikian kami berpendapat, bahwa revolusi di tanah air kami sendiri belum selesai.

Dalam penemuan kami, kami mungkin tidak selalu asli; yang pokok ditemui adalah manusia. Dalam cara kami mencari, membahas, dan menelaahlah kami membawa sifat sendiri.

Penghargaan kami terhadap keadaan keliling (masyarakat) adalah penghargaan orang-orang yang mengetahui adanya saling pengaruh antara masyarakat dan seniman.

Angkatan 45 memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  1. puisi memiliki struktur bebas
  2. kebanyakan beraliran ekspresionisme dan realisme
  3. diksi mengungkapkan pengalaman batin penyair
  4. menggunakan bahasa sehari-hari
  5. banyak puisi bergaya sinisme dan ironi
  6. dikemukakan permasalahan kemasyarakatan, dan kemanusiaan

Penyair yang dapat diktegorikan pada periode ini adalah sebagai berikut :

– Chairil Anwar Krikil Tajam / 1949, Deru Campur Debu / 1949, Tiga Menguak Takdir/ 1950

–    Sitor Situmorang, Surat Kertas Hijau / 1954, Dalam Sajak / 1955, Wajah Tak Bernama / 1956, Zaman Baru / 1962

–    Harjadi S. Hartowardojo, Luka Bayang / 1964

–    Dll.

  1. Periode 1953-1961

Jika pada angkatan 45 yang menyuarakan kemerdekaan, semangat perjuangan dan patriotisme, maka pada periode ini membicarakan masalah kemasyarakatan yang menyangkut warna kedaerahan. Sifat revolusioner yang berapi-api, mulai merada. Mulai banyaknya puisi beraliran romantik dan kedaerahan dengan gaya penceritaan balada. Puisi pada periode ini banyak yang mengungkapkan subkultur, suasana muram, masalah sosial, cerita rakyat dan mitos (Atmo Karpo, Paman Ddoblang, dan sebagainya).

Cirri yang menonjol pada periode ini adalah munculnya politik dalam sastra, sehingga lahirnya LKN, LEKRA, LESBUMI, LKK, dan sebagainya.

Ciri khas puisi pada periode ini adalah :

  1. Bergaya epic (bercerita)
  2. Gaya mantra mulai dimasukkan dalam balada
  3. Gaya repetisi dan retorik semakin berkembang
  4. Banyak digambarkan suasana muram penuh derita
  5. Menerapkan masalah social, kemiskinan
  6. Dasar penciptaan balaa dari dongeng kepercayaan

Para penyair yang dapat digolongkan dalam periode ini adalah :

–         Willibrordus Surendra (W.S Rendra) Empat Kumpulan Sajak / 1961, Balada Orang-                 Orang Tercinta / 1957

–         Ramadhan Karta Hadimaja,  Priangan Si Jelita / 1958

–         Toto Sudarto Bachtiar, Suara / 1956

–         Dll.

  1. Angkatan 66 (1963-1970)

Masa ini didominasi oleh sajak demonstrasi atau sajak protes yang dibaca untuk mengobarkan semangat para pemuda dalam aksi demonstrasi, seperti pada tahun 1966 ketika sedang terjadi demonstrasi para pelajar dan mahasiswa terhadap pemerintahan Orde Lama. Penyair seperti Taufiq Ismail dan Rendra, membacakan sajak protes mereka didepan para pemuda.

Untuk mengobarkan semangat aktivitas kreatis angkatan 66, mulai munculah fasilitas-fasilitas sastra. Fasilitas tersebut antara lain, munculnya majalah Horison (1966), Budaja Djaja (1968, dan dibangunnya Taman Isail Maruki (TIM), yang menjadi pusat kebudayaan.

Pada periode ini berkembang dua aliran besar puisi. Aliran pertama adalah aliran neo-romantisme yang menegaskan sepi sebagai perlawanan yang bersifat metafisis, atas dunia. Penyair yang menganut aliran ini adalah Goenawan Mohammad, Sapardi Djoko Darmono, dan Abdul Hadu W.M.

Aliran yang kedua adalah aliran intelektualisme, aliran yang menekankan pada pengamatan kritis tentang dunia dan pengalaman pribadi. Penyair yang yang beraliran intelektualisme adalah Subagio Sastrowardoyo dan Toety Heraty.

Berikut penyair yang termasuk dalam angkatan 66 :

–         Taufiq Ismail, Tirani / 1966, Benteng / 1966

–         Sapardi Djoko Darmono, Dukamu Abadi / 1969, Mata Pisau / 1974

–         Linus Surjadi A.G., Pengakuan Pariyem / 1981

–         Dll.

  1. Puisi Kontemporer (1970 – sekarang)

Pada periode ini puisi disebut puisi kontemporer, puisi yang muncul pada masa kini dengan bentuk dan gaya yang tidak mengikuti kaidah puisi pada umumnya, dan memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi lainnya. Dalam puisi kontemporer, salah satu yang penting adalah adanya eksplorasi sejumlah kemungkinan baru, antara lain penjungkirbalikan kata-kata baru dan penciptaan idiom-idiom baru.

Pada puisi kontemporer bertema protes, humanisme, religius, perjuangan, dan kritik sosial. Puisi kontemporer bergaya seperti mantra, menggunakan majas, bertipografi baru dengan banyak asosiasi bunyi,dan banyaknya penggunaan kata dari bahasa daerah yang menunjukkan kedaerahaannya.

Dalam dunia perpuisisan kontemporer, Sutardji mengebangakan puisi-puisi baru, dan mengiprovisasi puisinya. Hal ini terlihat pada sajak Sutardji ‘O, Amuk, Kapak’.

Yang termasuk penyair kontemporer adalah :

–         Sutardji Colzoum Bahri, O, Amuk, Kapak­ , Tragedi Winka Sihka, Batu

–         Emha Ainun Najib, ‘M’ Frustrasi / 1976, Nyanyian Gelandangan / 1981

–         Sapardi Djoko Darmono, Dukamu Abadi / 1969, Mata Pisau / 1974

–         Dll.

 

 

Daftar Pustaka/Sumber : 

–  Susastra 6 Jurnal Ilmu Sastra Dan Budaya, Volume 3, Nomor 6, 2007, HISKI

–  Unmanradieta.blogspot.com

– https://kumpulanpuisidwiki.blogspot.co.id/2013/09/sejarah-perkembangan-puisi-di-indonesia.html