Rabu, 15 Desember 2021

POSTER SUARA HATI

 POSTER SUARA HATI

 

POSTER KESEHATAN

 






POSTER PENDIDIKAN DI MASA PANDEMI





 



SUARA HATI PUISI

 SUARA HATI PUISI


 

Puisi Tentang Cita-cita

Salah satu karya yang luar biasa dari seorang tokoh Mohd. Harun al Rasyid (al Rasyud, 2012:78)

Aku ingin jadi merpati
Terbat di langit yang damai
Bernyanyi-nyanyi tentang masa depan

Aku ingin jadi rembulan
Turun ke bumi
Membawa cahaya kehidupan

Aku ingin jadi insan teladan
Saling berbagi rasa
Tanpa belenggu kekerasan

Banda Aceh, Agustus 2006 

 

Puisi tentang Sayang Keluarga

Keluarga sebagai pelindungku
Aku sangat sayang ibuku
Aku sayang ayahku
Aku juga sayang adik-adikku
Merekalah keluargaku, milikku seutuhnya

Sangat bahagia bisa memilikinya
Selalu ada dalam suka dan duka
Kami selalu saling melengkapi
Jangan pisahkan kami, Tuhan

 

Puisi tentang cinta ibu dan ayah

Cinta ibu dan ayah
Dalam dinginnya malam
Aku terbagun dan menjerit
Membayangkan ketakutan
Semua ketakutan itu sirna

Saat ibu dan ayah datang mendekat
Pelukah hangat keluarga
Menjadi pahlawanku
Dengan penuh cinta dan kasih sayang

 

Puisi Tentang Ibu

Malaikatku

Ketulusan hatimu membuat aku ingin mengucap,
Kau Malaikatku, Ibu
Ada dan tiada dirumu
Dalam lubuk hatiku hanya ada kamu
Penerang dalam gelapku
Penyemangant dalam keluh kesahku

 

Puisi Bergembira Bersama Ibu

Aku bergembira bersama Ibu
Namun sebelum ku ceritakan semua
Izinkan aku berdoa dengan sedalam-dalamnya hati
Dengan sederas-derasnya air mata
Kepada Tuhan, untukmu Ibu
Sehatkanlah selalu Ibu di dunia
Jauhkanlah dari segala marabahaya dan segala penyakit
Dan jauhkanlah dari segala siksa api neraka

Ibu adalah cinta paling mulia
Sayap doa yang tak pernah alpa terbang ke langit Tuhan
Kebenaran yang paling mutlak dalam tafsir kasih sayang
Aku bergembira bersamamu Ibu
Bahkan saat kau menjagaku selama Sembilan bulan dalam rahim paling syahdu
Kau berikan tempat teduh sejuk lagi damai sentosa
Bersenandung sentuhan lembut di atas langit-langit rahim
Sejak saat itu hatiku mulai merasakan ribuan rindu yang paling rindu
Aku akan bertemu perempuan yang bernama Ibu

Pada akhirnya jeritan sakitmu melahirkanku ke dunia
Tepat pada hari selasa pahing di sudut kamar beralas tapih batik kuno
Kala sebelum azan subuh berkumandang
Kala embun mulai bermekaran di atas daun-daun mungil
Kala langit mulai memulangkan bintang satu persatu
Rindu kita terpecah bersama ribuan tangis air mata paling rahasia
Entah bagaimana aku pun ikut menangis sekencang-kencangnya
Wajahmu yang indah berseri bidadari
Aku bergembira bersamamu Ibu

Ibu, jikalah kau tahu betapa gembiranya bersamamu
Tak ada senja yang lebih indah dari dirimu
Kasih sayangmu memberi ketenangan dari segala keributan
Memberi kedamaian dari segala amarah
Memberi doa-doa dari segala putus asa
Kuat ombak membawaku ke dalam jinggamu alam semesta kedamaian
Kata-katamu adalah puisi cinta yang selalu menjadi nasihat setia
Seiring waktu menuntunku kepada tabir surga yang Maha Ibu
Yang paling indah adalah ibu, yang paling jingga adalah Ibu

Ibu, jikalah kau tahu betapa gembiranya bersamamu
Tak ada samudera yang lebih dalam dari cintamu
Ketulusanmu mengajarkan kejujuran dari segala kebohongan
Memantapkan langkah dari langkah-langkah patah
Memberi terang dari segala kegelapan
Punggungmu adalah karang yang tak pernah layu menopang tubuhku
Kau lah samudera kemuliaan penuh dengan permata dan mutiara
Yang paling dalam adalah cintamu
Yang paling biru adalah cintamu

Ibu, jikalah kau tahu betapa gembiranya bersamamu
Tak ada bunga yang lebih wangi dari senyummu
Doa-doamu menjawab pahala dari segala dosa-dosa
Melafalkan bahagia dari segala tangisan-tangisan iblis
Memberiku payung dari segala fitnah dunia
Matahari terbit dari senyummu
Wajahmu adalah gambaran bunga Tuhan yang ada di surga
Yang paling tabah adalah senyummu
Yang paling teduh adalah wajahmu

Ibu, aku sangat bergembira bersamamu
Terima kasih ku panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Memberi
Memberiku perempuan bernama ibu yang serupa malaikat
Ibu adalah semesesta yang paling mulia
Aku mencintaimu Ibu
Aku bergembira bersamamu Ibu

 

Puisi Kerinduan Kepada Ayah

Ini adalah isi hati dari seorang anak yang beranjak dewasa;
Aku tak mau berenang dalam samudera kerinduan Ayah
Berapa jauhkah jarak yang kau bentangkan melalui kota-kota ternama
Berapa banyak waktu yang kau tunggu melalui kalender yang terus berganti wajah
Sampai kapan aku dipukuli rindu yang begitu linu, Ayah
Sampai-sampai ku lupa kapan terakhir kali kita minum bersama secangkir teh buatan Ibu
Sampai ku lupa juga perbincangan apa yang terakhir kali kita bincangkan
Sekuat itukah kau Ayah?
Seikhlas itukah kau Ayah?

Waktu terus berlalu mengantarku kepada hari-hari yang penuh duri dan luka
Doa-doamu selalu ku rasa dalam setiap lorong-lorong jalan hidupku
Nasihatmu juga tak pernah tanggal menuntunku disetiap gulita langkahku
Ongkos transfermu juga selalu menjadi penyelamat kala perutku mulai kering
Namun jika uangmu bisa membeli waktumu
Aku rela tidak jajan satu hari atau lama-lamanya satu minggu
Agar aku bisa berjumpa denganmu dan tak bersusah payah menghindari rasa linu di dada
Agar aku merasakan lagi betapa hangatnya senja yang bersinar dari pelukmu
Haruskah aku membeli waktumu, Ayah

Aku juga tak mampu melihat betapa lusuhnya wajah Ibu
Kala dia duduk di tepian teras dengan membawa sapu ijuk bekas debu-debu
Dari sinar matanya terlihat jelas wajah kekasihnya yang juga ia rindukan
Lebar senyumnya yang tak selebar cakrawala semestinya
Layaknya siang yang ditinggal matahari dicumbu sepi
Aku kira ibu lebih paham dari apa yang dirasa anak-anaknya
Jika benar apakah hati seorang Ayah lebih luas dan tabah
Jika kami yang di rumah hanya rindu seorang Ayah
Jika seorang Ayah di perantauan lebih terpukul merindukan anak, istri, dan keluarga besar

Tak lama lagi hari suci Ramadhan segera berganti baju
Lebaran Idul Fitri segera dirasakan semua umat dan keluarga
Namun apakah ini di rumah sepi senyap seperti tak bermentari
Bisa-bisanya kami dipukuli rindu seorang Ayah dari jarak antar kota

Kau tahu Ayah?
Ibu sudah memasak banyak sop iga tulang sapi kesukaanmu
Lengkap dengan ikan asin layur bersambal goreng
Untuk berbuka sekalian sahur
Tapi apa kali ini Ayah? Hanya hidangan kurang satu

Banyak lauk tak bisa dimakan enak di meja
Tak bisa makan enak bersama berempat dengan khidmat dan melingkar
Ayah, kau bilang tadi di telepon,
“di perantauan sini tak bisa kemana-mana, apalagi untuk bergegas pulang ke kampung halaman”
Ku tahu kau rindu kami dengan begitu sabarnya
Apalagi kami di sini di rumah penuh dengan awan mendung
Begitu hambar dan pincang disiksa kerinduan
Sekarang ku tersadar, ternyata ada yang lebih pedih dari putusnya cinta
Itulah kerinduan seorang anak kepada orang tuanya

 

Puisi Berbahagia Bersama Keluarga

Aku ingin melihat harta paling berharga di dunia dan di ahirat
Bukan sekedar materi bukan juga emas berlian
Melihat mereka keluarga sejati yang terus abadi dalam balutan puisi dan seni bahagia
Mereka bagaikan bintang yang terus bersinar sepanjang cakrawala
Memberi cahaya putih yang paling mulia dalam sejuta cinta dan doa
Akan ku puisikan menjadi puisi yang paling sempurna
Menjadi bait-bait damai sejahtera nan sentosa
Aku berbahagia bersama keluarga

Keluarga adalah pohon rindang paling komplit lengkap dengan akar yang kokoh
Daun yang tak pernah kering dihujam matahari
Bunga yang terus bermekaran dikala semua layu dan tandus
Ranting-ranting yang tak pernah patah diterpa burung dan tupai
Buah yang tak akan busuk digerumuti ulat dan larva
Pohon yang mengindahkan seluruh tubuh terlebih bagian hati
Pohon pemberi kehidupan bagi setiap penghuni
Barang siapa yang kehilangan keluarga maka ia akan pincang dan terseok-seok
Maka jagalah selalu keluarga dengan penuh cinta dan tata krama

Aku melihat Ibu yang sedang membersihkan debu di teras
Aku melihat keluarga
Aku melihat Ayah yang menyeruput secangkir teh hangat
Aku melihat keluarga
Aku melihat kulit Kakek dan Nenek yang mulai keriput dan layu
Aku melihat keluarga
Aku menyaksikan rumah penuh canda dan kebahagiaan
Aku melihat surga
Aku melihat segala cinta dan kasih sayang

Kiranya aku terlena dalam sesatnya dunia yang penuh gairah
Keluarga adalah tempat pulang yang paling damai dan sejuk
Di dalam keluarga kutemui rindangnya petuah yang tersakiti
Kiranya aku tersesat dalam lorong yang gelap gulita
Keluarga adalah cahaya penerang yang benderang layaknya mentari di siang bolong
Di dalam keluarga ku temui ribuan cahaya penolong segala kebajikan
Kiranya aku tenggelam dalam samudera kepedihan paling dalam
Keluarga adalah tempat kapal pesiar yang paling besar yang menyelamatkan kepedihan
Aku berbahagia bersama keluarga

Abadilah dalam puisi dalam pelukan abadi
Yang tak pernah lekang oleh waktu yang terus berbinar menjadi cinta tertinggi
Menjadi kapal pesiar di atas samudera yang mengembara ke arah surga Tuhan Pemberi Cinta
Keluarga adalah harta paling berharga yang dimiliki setiap mahluk yang bernyawa
Sejatinya tak seorang pun bisa bertahan hidup tanpa selendang tangan keluarga
Ingatlah saat aku terlahir ke dunia dikandung dan dibesarkan seorang ibu
Saat kulihat keringat seorang Ayah yang mengucur dengan derasnya menafkahi anak dan istrinya
Teringat saat Paman yang menggendongku saat sunat
Teringat Bibi dan Budhe yang senantiasa ikut menjadi seorang ibu
Teringat Kakek dan Nenek yang ikut bergembira menyaksikan saat cucunya belajar berjalan
Dan aku berbahagia bersama keluarga

 

Puisi Adik

Ku tuliskan sajak sejak kecil dari ia terlahir menjadi saudara sedarahku
Suatu siang kala mataku tak mampu melihat wajah ibu yang terus menarik nafas
Kala itu aku yang belum mahir berdoa kepada Tuhan hanya berdiam duduk di ruang tamu
Lalu aku melihat Burung Gereja yang juga melihatku dengan kepala tegak berdiri
Aku tak mendapatkan dari mana asal-usul burung itu datang

Namun ku yakin burung itu adalah malaikat yang ditunjuk Tuhan agar meredakan rasa cemas
Lalu ku putuskan tuk melangkah keluar rumah dan meninggalkan ibu yang mulai menjerit
Aku memutuskan pergi ke sekolah walau ku tahu bahwa hari itu tak ada kelas
Lalu tak lama datang seorang perempuan kurang lebih berusia 30 tahun datang menghampiriku
“itu adikmu sudah lahir, berjenis kelamin laki-laki”
Lalu aku yang tak pernah merasakan kedewasaan akhirnya merasakan menjadi laki-laki dewasa

Penuh syukur ku sambut saudaraku lahir bersama ribuan puisi yang datang dari tangisnya
Di pangkuanku ku catat seluruh gerak-gerik jari lentiknya yang berdansa lucu
Lalu ku kecup keningnya yang diiringi tawa dari Ibu dan Nenek

Suara keras tangismu yang menggema dari mulutmu membuat Ibu menjadi iba
Tak perlu kau jelaskan bahwa aku seharusnya menjadi laki-laki dewasa
Lalu pada akhirnya ku beranjak dewasa yang ku buat dari perasaanku sendiri
Oh sekarang kau wahai Adikku adalah juga milik ibuku

Buah hati yang juga tumbuh di selaksar pohon satu ranting bersamaku
Adikku sayang, bagaimana rasanya dikecup dan disayang oleh sedulur sendiri
Malam semakin larut malam semakin dingin rasakanlah pelukan hangat dari ibu wahai Adikku
Rasakanlah sebelum kau kehilangan sebelum kau beranjak menjadi dewasa

Ku tuliskan sajak sejak kecil dari arah matahari terbit setiap pagi

Ku temukan anugerah paling puitis yang diberikan Tuhan dalam balutan doa dan harapan
Kala kita berbicara dengan bahasa kalbu berlimpah cahaya antara aku dengan kau adikku
Seterang senyummu yang menyala di ufuk kalbu lalu kau beranjak berjalan dan mulai berbicara

Ketika malam menyentuh tubuhku aku begadang sedang kau asik dalam pelukan hangat
Cepatlah tumbuh menjadi buah yang indah dan murni yang dapat hidup tanpa membusuk
Apalagi yang harus ku katakan ketika nanti kau juga menjadi laki-laki dewasa seperti ku
Ada orang yang menghabiskan waktunya untuk memeluk dan menyusuimu
Ada juga orang yang tak pernah kering keringatnya untuk menghidupi keluarga tercinta
Ada juga yang selalu jadi arang yang terbakar kala api berkobar di sudut matamu

Lalu kau mulai merangkak di atas bumi yang dihuninya di bawah cakrawala sejati
Penuh syukur ku sambut engkau yang mulai bisa mandi sendiri

 

Puisi Tentang Kakak

Aku mempunyai Adik semata wayang seorang laki-laki yang tinggi sepertiku
Rambutnya lurus tak sepertiku yang agak keriting bergelombang
Jika kata tetangga dekat yang melihatnya, katanya aku berbeda dengan Adikku
Aku yang lebih cenderung mirip dengan Ayahku sedang adikku lebih ke Ibuku
Ia semata-mata menjadi teman saat aku pulang ke rumah

Saya senang melihatnya ketika bersikap lucu menjadi anak kecil yang polos
Tak jarang juga tingkahnya sangat menjengkelkan ketika ia mengadu kepada Ibu
Ketika itu aku berusaha menjadi seekor kucing yang sekarat di dalam rumah
Pasrah dan siap mengalah untuk kalah di hadapan derasnya omelan ibu
Tugas pertama seorang kakak adalah menjadi kucing sekarat yang siap kalah

Adikku ini adalah seorang anak kecil yang baik hatinya dan murni prasangka
Semakin hari aku semakin yakin kalau nasib Adikku akan lebih baik dari nasibku
Mungkin takdirmu juga yang melahirkanmu sebagai mutiara dari laut
Lalu sekarang ini aku sudah mempunyai semua mimpi seorang Adik semata wayang
Seorang kakak dituntut untuk menjadi arang yang selalu menyala dalam kobaran api
Sedang seorang adik bebas memilih mau jadi arang atau abu

Jika saya berkata sekarang, maaf jika masih terseok-seok dalam kobaran mimpimu
Siap berkorban dan hangus menjadi seorang kakak sejati di atas samudera kehidupan mimpimu
Jadi adik jika capek tinggal bilang capek, ibarat kayu yang terbakar bebas memilih jadi arang atau abu
Jadi kakak jika capek harus kuat, ibarat kayu yang terbakar harus tetap menyala dan hidup

Di balik jendela aku melihat mata seorang adik yang penuh dengan sarang dan diriku
Namun kesunyian mengaburkan ku dan pintu hati mula terbuka menujumu
Dalam perjalanannya, seorang adik jika ngantuk tinggal bilang ngantuk
Ibarat mata hari yang sudah mulai senja maka memilih tenggelam dan jadi malam yang tenang
Sedang tugas seorang kakak jika ngantuk maka jangan sampai ngantuk
Ibarat matahari yang mulai senja dan mulai tenggelam harus berganti jadi bulan yang menerangi malam

Tugas seorang kakak selanjutnya adalah menjadi tulang punggung penyambung nafkah seorang ayah
Seperti ranting kayu yang mulai membesar dan siap menopang daun dan burung-burung
Tugas seorang kakak selanjutnya adalah menjadi imam kala Ayah jauh di rantau sana
Meredamkan kerinduan yang sunyi dalam rumah tanpa wajah
Rumah singgah dari segala hati yang patah
Kucing sekarat bagi adiknya yang menjemput kekalahan
Karang yang terus sabar digempur amarah ombak seorang Ayah dan Ibu
Menjadi mata uang perjudian bagi mimpi besar keluarga
Menjadi belati nyala api menghancurkan anjing liar yang merobek nama baik
Jangan sampai redup dan mati

Buku Jingga Jenaka oleh Annisa Rizkiana Rahmasari memiliki isi beragam puisi, komik, serta gambar yang mengambil inspirasi karyanya dari kehidupan sehari-hari.

 

GURU

Guruku
Kau begitu baik kepada kami
Tampil cantik dan anggun mewangi
Kau sangat sayang kepada kami

Guruku yang terbaik
Aku berjanji akan selalu mengenang jasamu
Aku dulunya tidak bisa baca tulis hitung
Jasamu membuat orang menjadi pintar
Terima kasih ibu guruku

Terimakasih Guruku
Yang telah mengenalku jauh dalam diri untuk mencari apa yang aku bisa
Sebelum aku mengetahuinya

Terimakasih Guruku
Kau tidak pernah menyerah mendidikku
Kau tidak pernah lelah mengajariku

Karenamu aku jadi pintar
Karenamu aku jadi berprestasi
dan Karenamu aku jadi anak hebat

1. Contoh Puisi Anak Tema Hijaunya Alam

Hijaunya alamku
Membuat mata terpesona memandangmu
Hiasan pepohonan yang indah
Terciptalah panorama alam hijau yang menenangkan

2. Contoh Puisi Anak Tema Malam Hari

Malam
Keindahan malam yang indah
Berhiaskan rembulan dan bintang-bintang
Malam yang indah membuatku tenang
Bintang jatuh yang indah
Membuat malam semakin indah

Oh malamku
Begitu indah dan menyenangkan

3. Contoh Puisi Anak Tentang Matahari

Disaat membuka mata
Terlihat indah senyumanmu
Cerahnya sinarmu
Membuat hati ini semakin ceria 

Hadirmu menghiasi langit biru
Ditambah dengan irama melodi kicauan burung
Membuat pagi ini semakin ceria

4. Contoh Puisi Anak Tentang Keindahan Alam

Indahnya alam ini
Laut yang berombak
Udara yang menyegarkan

Langit-langit yang cerah
Membuat hati ini selalu tenang
Indahnya alam ini
Membuat semangat untuk menjaganya

Buku Tempat Paling Liar di Muka Bumi oleh Theoresia Rumthe & Weslly Johannes merupakan sebuah buku puisi yang menggambarkan perasaan cinta seseorang yang diumpakan dengan keindahan alam. Buku ini bisa Grameds dapatkan hanya di Gramedia.

 

5. Contoh Puisi Anak tentang Embun pagi

Saat kabut turun ke bumi
Membawa embun pagi
Embun pun menghampiri
Kini rumput pun berdiri

Butiran embun menatap ke mentari
Bagai permata yang berseri
Embun pagi yang menyegarkan.

6. Puisi Berjudul Sungai

Sungai

Seorang murid SD menangis
Ia kehilangan sungai
Tempat ia mandi
Tempat ia mencuci
Tempat ia bermain
Adalah sungai
Beri aku sungaiku, tangisnya

….

Orang-orang tak dapat memberi sungai
Karena air sunga sudah tak ada
Sungai yang dulu airnya jernih
Kini berubah jadi kotor
Orang-orang menggali timah
Mengotori sungai

Bangka, Desember 2003

7. Puisi Tentang Pelangi

Hei pelangi
Kau hadir membawa keindahan setelah hujan
Warnamu berlapis dan tersusun begitu rapi

Pelangi yang tinggi
Warna-warnimu begitu indah
Aku menyukaimu
Aku ingin menyentuhmu
Aku ingin melukismu

CERITA PENDEK

 CERITA PENDEK

Mari Bersedekah

“Bu, Hari ini hanya ini yang bisa bapak kasih bu, barang dagangan sedikit lakunya.” Memberikan uang belanja kebutuhan rumah tangga kepada istrinya.

“Iya pak, setidaknya bapak telah berusaha, hari ini cukup rezeki dari Allah untuk kita makan.”

Besoknya sang suami berangkat lagi kepasar untuk berjualan, di tengah jalan suami ini bertemu nenek yang sedang kebingungan.

“Ada apa nek, apa ada yang bisa saya bantu?” Tanya pak Bejo.“Nak, tolong, boleh saya minta uang kamu saya tidak ada ongkos untuk pulang.” Pinta nenek.

“Uang mepet, makan susah, tapi tidak apa kasian nenek ini.” Gumam Pak Bejo dalam hati.

“Saya hanya punya ini nek, apa cukup untuk nenek pulang  ? mari sekalian saya antar keterminal” ujar Pak Bejo

“Terima kasih nak,  ini cukup. Semoga reZekimu selalu di lancarkan oleh yang maha kuasa.”

“Aamiin, Nek”.

Setalah mengantar nenek tadi, pak Bejo kembali berjualan, dan hari ini dagangannya banyak terjual.

“Alhamdulillah rezeki tak kemana, tuhan maha adil.” Syukur pak Bejo.

 

Anak Bermalasan

Minggu adalah hari libur yang ditunggu kaum rebahan, malas beraktivitas. Ada yang hanya ingin rebahan dirumah menghilangkan penat selama satu minggu beraktivitas dan ada pula yang berencana akan berlibur. Banu memilih opsi pertama, Banu memilih bersantai rebahan dirumah, dan parahnya Banu aka selalu merasa kurang dengan liburnya.

“Banu bangun sudah siang, nanti kamu terlambat.” Tanya ibunya.

“Bu Banu masih capek, banu bolos sehari ya.” Banu memelas pada ibunya.

“ Jangan begitu, bayaran sekolahmu mahal jangan menyepelekan menuntut ilmu” Jawab ibunya menyanggah.

“Sehari saja bu, Banu tidur lagi.”

Melihat kelakuan Banu Ibunya geram, hingga ibunya mengajak Banu melihat anak keterbelakangan di suatu panti asuhan.

“Nah sekarang coba kamu buka mata kamu, mereka ingin sekolah sepertimu, namun tidak ada orang tua yang akan membiayai mereka bersekolah” Jelas ibunya, mereka masih di dalam mobil.

Dengan kejadian itu Banu tersadar dan mau berangkat sekolah walau terlambat. Diperjalanan menuju sekolah Banu melihat seorang anak yang pincang berseragam sekolah sama dengan nya, dalam hati Banu berkata, aku bersyukur masih punya fisik yang sempurna untuk bisa menuntut ilmu.

 

Temen Baik Rupa Baik Hati

“Non, ada non Sinta di depan dari tadi nyariin non Rara, monggo temuin dulu.” Sahut bi Inah pada nonya kecilnya yang sedang bermain handphone dikasur.

“Bi, tolong bilangin rara lagi gak dirumah.” Pinta Rara pada asisten rumah tangga dirumahnya.

“Iya,  Baik kalau begitu Non.”

“Kenapa kamu kaya gitu sama Sinta? Ujar Mama Rara, “Gaklah mah dia itu baik luarnya doang” jelas Rara pada mamanya.“Iya dari luarnya memang baik, manis tapi kalau dalemnya pahit buat apa temenan ma” tambah Rara.

“Pahit gimana?”

“Kejelekan orang pada diomongin, mungkin dibelakang rara dia juga ngomongin Rara ma. Beda sama Sinta makanya Rara suka temenan sama Sinta ma”

“Ya sudah kalau menurut kamu itu yang terbaik, mama juga menilai Sinta itu anak yang baik” bales mama Rara.

 

Mimpi Sang Dara

Pagi menjelang saat seorang gadis yang biasa dipanggil dengan nama Dara mulai menjerang air untuk membuat segelas teh panas. Dara, ialah gadis yang hidup dengan sejuta mimpi di dalam sebuah rumah berdinding tinggi.

Dara merupakan gadis yang tumbuh di dalam keluarga berkecukupan, bahkan bisa dibilang sangat kaya. Namun sayangnya Dara tidak bisa menopang tubuhnya sendiri tanpa menggunakan bantuan kursi roda, sehingga merasa diacuhkan bahkan saat berada di istana mewah tersebut.

Kedua orang tua Dara selalu mengacuhkannya karena merasa tidak ada yang bisa diharapkan dari gadis dengan kursi roda tersebut. Sementara kakaknya mungkin saja malu mempunyai adik dengan kondisi seperti Dara.

Setiap hari Dara hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar dan sesekali mengarahkan kursi rodanya menuju arah taman. Gadis yang berusia 17 tahun tersebut sangat senang untuk menggambar di taman guna menghilangkan pikiran buruknya yang menyesali keadaannya.

Suatu pagi Dara jatuh dari kursi rodanya, namun tidak ada seorangpun di dalam rumah tersebut mendekat untuk menolongnya. Rasa kecewanya terhadap hal tersebut membuat Dara memiliki kekuatan untuk menggerakan kursi rodanya ke arah taman kompleks, berniat menenangkan diri.

Saat sedang terisak di taman, tiba-tiba Dara dihampiri oleh seorang gadis seusianya dengan kondisi yang sama. Gadis tersebut mengulurkan tangan untuk Dara dan mulai menyebutkan namanya, yaitu Hana. mereka berdua mudah sekali akrab, mungkin karena keduanya saling mengerti kondisi masing-masing.

Tiba-tiba Hana Berkata, “ Dara, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlahir sia-sia. Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak layaknya manusia lain. Tapi, kita masih punya hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima dirimu sendiri, Dara.” lalu, akhirnya gadis itu berpamitan pada Dara.

Semenjak pertemuannya di taman dengan Hana, Dara mulai merenungi kata-kata yang diucapkan oleh gadis tersebut. Dara berpikir bagaimana ia bisa seutuhnya menerima dirinya ketika orang di dekatnya tidak mendukungnya sama sekali.

Dara mencoba mencerna perkataan dari Hana secara perlahan, meskipun seringkali ia menangis ketika teringat kenyataan bahwa ia hanyalah seorang gadis yang diacuhkan. Hal yang dipikirkan oleh Dara adalah bagaimana ia bisa mewujudkan mimpinya dengan kondisi tersebut.

Mimpi Dara adalah menjadi seorang pelukis yang karyanya bisa dipajang di dalam pameran besar. Hal yang dilakukan Dara untuk memulainya adalah rajin membuat lukisan. Kesibukan tersebut juga dilakukan Dara untuk tidak memikirkan mengenai dirinya yang selalu diacuhkan dan mulai memahami perkataan Hana.

Perlahan mimpi sang Dara mulai terwujud saat diam-diam ia sering memposting lukisannya melalui media sosial. Hingga suatu hari ada seseorang datang ke rumah Dara untuk menemui gadis itu guna mengajaknya untuk bergabung di dalam sebuah pameran lukisan.

Kedua orang tua Dara terperangah mendengar ucapan pria tersebut, sebab tidak menyangka bahwa Dara si gadis kursi roda bisa menghasilkan karya lukisan yang indah. Dara hanya tersenyum melihat respon kedua orang tuanya dan memilih menerima tawaran pameran tersebut.

Berbagai lukisan indah dipajang dalam pameran yang diberi tema Mimpi Sang Dara. Orang tua Dara menghadiri pameran tersebut dan merasa terharu atas pencapaian putri yang selama ini diacuhkannya. Sementara Dara merasa lega bisa menerima keadaan fisiknya dan memanfaatkan apa yang dimiliki

Teman yang Baik

Rina dan Dini dikenal sebagai sahabat baik yang populer di sekolah. Meskipun berbeda kelas, tapi mereka selalu menghabiskan waktu istirahat bersama. Tidak ada yang meragukan eratnya persahabatan di antara mereka.

Meski berbeda karakter, tetap tidak menghalangi kedekatan mereka. Rina merupakan seorang siswi pendiam yang tidak akan populer jika tidak bersama Dini. Sedangkan Dini cenderung seperti seorang pembual yang hobi memamerkan barang-barang milik Rina.

Suatu hari pada sebuah acara pengundian hadiah, Rina terpilih menjadi salah satu pemenang. Ia datang bersama Dini. Di sana para pemenang diperbolehkan untuk memilih sendiri hadiah berupa voucher belanja dengan berbagai nominal.

Dari lima pemenang terpilih, Rina mendapat giliran keempat untuk mengambil hadiah. Rina melihat pemenang yang akan mengambil hadiah setelahnya, yaitu seorang ibu berpakaian lusuh dengan keempat anaknya yang masih kecil. Ia kemudian melihat voucher yang tersisa.

Melihat nominal pada voucher yang tinggal dua pilihan, ia memilih voucher belanja dengan nominal paling rendah kemudian berbalik dan tersenyum pada ibu dan empat anaknya. Hal ini membuat Dini terkejut dan menganggapnya bodoh.

Dini kemudian mencoba menguji Rina dengan uang yang ia bawa. Ia meminta Rina untuk mengambil salah satu uang yang ia sodorkan. Sedikit bingung, Rina mengambil uang dengan nominal paling rendah.

Keesokan harinya Dini bercerita kepada teman-temannya tentang kebodohan Rina. Untuk membuktikannya, Dini memanggil Rina ke hadapan teman-teman kelasnya.

“Hai, Rin, aku ada uang nganggur nih. Kamu pilih yang mana? Aku kasih buat kamu.” Dini menyodorkan uang sejumlah Rp10.000 dan Rp20.000 kepada Rina.

Rina pun mengambil Rp10.000 dari Dini. Dini dan teman-temannya tertawa dan mengatakan bahwa Rina bodoh. Peristiwa ini tidak hanya terjadi satu atau dua kali. Beberapa teman Dini juga ikut-ikutan melakukan hal itu.

Rina tetap diam dipermalukan seperti itu. Dan setiap kali dipaksa untuk memilih, ia selalu bersikap tenang dan memilih uang dengan nominal yang paling rendah. Ia juga ikut tertawa ketika orang-orang menertawakannya.

Hingga suatu hari ketika Dini memamerkan kebodohan Rina pada salah seorang kakak kelas terpopuler bernama Rifki dihadapan teman-teman kelasnya. Dini kembali menyodorkan uang, kali ini bernominal Rp50.000 dan Rp100.000, kepada Rina dan memintanya memilih.

Lagi-lagi Rina memilih uang dengan nominal terendah. Semua orang tertawa, menertawakan Rina yang hanya tertunduk, kecuali Rifki. Ia tertegun mengamati siapa sebenarnya yang sedang membodohi siapa.

“Lihat, Kak. Teman baikku yang satu ini unik kan?” kata Dini kembali mulai mempermalukan Rina.

“Ya, dia memang unik dan cerdas. Jika saja ia memilih uang dengan nominal tertinggi dari awal, maka kalian tidak akan mau bermain dengannya bukan? Cobalah kalian hitung berapa ratus ribu yang sudah kalian keluarkan cuma-cuma,” kata Rifki.

Dia pintar, memilih bersabar untuk mengambil keuntungan lebih. Jadi, sebenarnya siapa yang sedang membodohi siapa?” lanjut Rifki tertawa.

Semua orang terdiam mendengar penjelasan dari Kak Rifki. Seketika mereka merasa telah melakukan hal bodoh yang sia-sia. Sedangkan Rina tersenyum memandang Kak Rifki yang berbalik menertawakan Dini dan teman-temannya.

Pada akhirnya, bagi Rina teman yang baik itu selalu ada memberikan tambahan penghasilan tak terduga meski harus dibayar dengan kesabarannya. Tapi tidak apa-apa, setiap perbuatan pasti ada bayarannya dan perbuatan Dini dibayar dengan uang serta rasa malu

Tentang Kehidupan

Andi adalah seorang mahasiswa jurusan Teknik Informatika di salah satu Perguruan Tinggi favorit di Jogjakarta. Setiap hari ia bertemu dengan aku di kampus. Suatu hari, dia bercerita kepadaku tentang masalah hidupnya. Dia berpikir kalau orang lain selalu terlihat senang dan bahagia terlepas dari masalah yang dialami dalam hidupnya. Mereka terlihat seperti orang-orang yang tak memiliki beban di pundaknya. Namun anehnya, Andi merasa tidak terlalu suka saat melihat temannya tersenyum bahagia.

“Haikal, kok aku aneh ya selalu merasa bahwa kehidupan orang lain selalu baik-baik aja bahkan kelihatan seperti tidak punya masalah, beda banget sama kehidupan aku yang rasanya kayak punya banyak beban terus aku juga merasa tidak bisa bahagia.” Kata Andi waktu itu.

Pada waktu itu juga aku mengatakan kepada Andi bahwa setiap orang memiliki permasalahan dan beban hidup yang ditanggung di pundaknya. Tentunya masing-masing beban hidup yang dialami setiap orang pasti berbeda-beda. Jika beban hidupmu selalu dibandingkan dengan orang lain maka percayalah bahwa semua itu akan semakin berat.

Yang selama ini dipikirkan Andi tentang orang lain tidak semuanya benar. Padahal dia sendiri tidak tahu betul bagaimana kondisi orang lain yang menurutnya selalu baik-baik saja bisa jadi kebalikannya, serta perjuangan orang-orang untuk menenangkan dirinya sendiri. Bisa saja mereka telah berhasil melalui masa-masa terberat dalam hidupnya.

Setelah itu, dia hanya terdiam merenungi perkataanku. Dia memikirkan apa yang aku katakan saat itu. Meskipun terkadang menasehati orang lain tidak semudah menasehati diri sendiri. Terkadang aku sendiri masih suka membanding- bandingkan diri dengan orang lain.

Waktu dulu aku juga pernah merasakan seperti di posisi Andi saat ini. Saat itu juga ada yang menasehati aku bahwa Tuhan selalu memberikan beban masalah sesuai dengan kemampuan masing-masing orang. Oleh karena itu respon dari orang-orang pun juga berbeda-beda, terkadang ada yang merasa dibebani ada juga yang tidak.

“Tuhan tahu seberapa kuat kita untuk bisa menghadapi masalah yang diberikan oleh-Nya, maka dari itu kalau soal porsi jangan ditanyakan ya, karena kita tahu kalau Tuhan itu memang Maha Adil,” ujar seseorang kepadaku.

Mulai saat itu aku mulai introspeksi perihal diriku sendiri. Aku berusaha untuk menyelesaikan segala permasalahan yang menimpaku dengan hati yang lapang. Karena dengan begitu aku bisa menjadi bahagia. Aku juga tidak perlu membandingkan diriku dengan orang lain. Aku hanya perlu membandingkan diriku dengan aku yang kemarin. Maka dari itu aku bisa menjadi pribadi yang lebih baik hingga saat ini.

Aku juga percaya jika setiap masalah yang menimpaku nantinya bisa menjadi pelajaran dalam hidupku. Karena selalu ada hikmah yang bisa aku ambil dari setiap suka dan duka ku. Yang membuat aku selalu yakin adalah setiap permasalahan ini datang dan dirancang oleh-Nya.

Sumber :https://www.gramedia.com/best-seller/contoh-cerpen/

 

 

Selasa, 14 Desember 2021

PROFIL SMP NEGERI 3 MADIUN

 PROFIL SMP NEGERI 3 MADIUN

Smp tiga, satu semangatnya pasti bisa

Spen'ga, sikap dan prestasinya bikin bangga